Senin, 11 Juni 2012

artikel


SEANDAINYA SEMUA ORANG DI INDONESIA MENJADI SEORANG GURU
Oleh: Taryaman, S.Pd*
Apakah anda seorang guru? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka setiap orang bisa menjawab: ya! Saya seorang guru. Ini karena setiap orang ditakdirkan untuk menjadi seorang guru. Jika kita menjadi orang tua, maka kita dituntut menjadi guru untuk anak-anaknya. Jika kita menjadi pejabat, maka kita dituntut menjadi guru untuk bawahannya. Dalam hidup bertetangga kita diharapkan menjadi guru bagi tetangga-tetangganya. Dalam pergaulanpun kita diharapkan menjadi guru bagi teman-temannya. Kesimpulannya di mana pun kita berada diharapkan menjadi guru bagi lingkungan sekitar kita.
            Secara harfiah guru berasal dari kata digugu dan ditiru yang artinya panutan dan tauladan. Untuk menjadi seorang yang pantas dipanuti dan ditauladani, kita dituntut berpengetahuan luas dan berperilaku yang positif (uswatun hasanah) dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa itu semua maka suatu kemustahilan jika kita bisa dijadikan panutan dan tauladan bagi lingkungan sekitar kita. Pengertian lainnya guru adalah kerjanya mengajar (Poerwadarminta). Pada pengertian yang kedua ini adalah guru dilihat sebagai suatu profesi. Mereka biasanya bekerja pada suatu lembaga pendidikan.
Keistimewaan Seorang Guru
            Dalam Islam guru memiliki derajat yang mulia di sisi Allah SWT. Seorang guru sama seperti juru dakwah yang menyebarkan nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan di seluruh penjuru dunia. Perintah tersebut bisa kita lihat dalam surat Al Asr ayat 2-3: “Semua orang mengalami kerugian, kecuali orang yang beriman, saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran”. Dalam hadits juga diterangkan, “sampaikan kebenaran walau satu Ayat” (H.R Bukhori). Dari kedua ayat itu jelaslah bahwa kita wajibkan untuk menjadi seorang guru atau seorang pendakwah yang saling menasehati satu sama lain dan menebarkan nilai-nilai kebaikan bagi lingkungan sekitar kita.

Apakah keistimewaan keistimewaan seorang guru? Keistimewaan keistimewaan itu diantaranya:
1.    Seorang guru sama seperti ulama atau ilmuwan yang bertugas sebagai pewaris tugas kenabian.
Innama buistu liutamimmah makarimal akhlak. “Sesungguhnya diriku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak”. Nabi Muhamad adalah nabi terakhir. Tidak ada nabi  lagi sepeninggal beliau, tapi tugas kenabiannya masih terus berlangsung sampai akhir jaman. Para guru, ulama atau ilmuwanlah yang mewarisi tugas kenabian tersebut. Merekalah yang selalu memancarkan nilai-nilai kebenaran di tengah-tengah masyarakat. Kemuliaan mereka tentulah mendekati kemuliaan para nabi, karena di tangan merekalah estafet tugas kenabian mereka emban. Al ‘ulama warosatul ambiya (ulama adalah pewaris para nabi).
2.    Pahala mengajar (guru) adalah termasuk pahala yang tidak putus-putus/amal jariyah
Hal ini terjadi jika ilmu pengetahuan yang kita ajarkan bermanfaat dan terus dilaksanakan oleh orang lain, maka pahalanya mengalir terus tidak terputus atau istilah lainnya amal jariyah. Beruntunglah orang yang memiliki amal jariyah, walaupun diri kita sudah berkalang tanah tinggal tulang belulang, tapi selama hidup kita memberikan sesuatu yang manfaat terus menerus, maka pahalanya pun terus mengalir pula. Itulah amal jariyah. Macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia mati meninggalkan nama baik. Itulah pepatah yang cocok untuk amal jarinya. Dalam hadits nabi diterangkan, “Bila anak Adam meninggal terputuslah amalnya kecuali tiga (perkara): shodaqoh jariyah (sedekah yang berlanjut), ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”. (H.R Muslim).
3.    Guru, ulama atau ilmuwan adalah agen perubahan (agen of change)
Syarat utama untuk menggapai kesuksesan dunia akherat adalah ilmu pengetahuan. “Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.” (HR. Thabrani). Ilmu pengetahuan dijadikan petunjuk arah atau pedoman dalam kita beraktivitas sehari-hari dan berkat ilmu pengetahuan pula kehidupan di dunia ini jadi berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Tanpa ilmu pengetahuan kehidupan di dunia akan stagnan (mandeg) tidak berkembang. Terus siapa orang yang mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan tersebut? Guru, ulama atau ilmuwanlah orangnya. Merekalah agen perubahan di dunia ini. Kemajuan yang sekarang kita rasakan adalah berkat jasa guru, ulama atau ilmuwan terdahulu. Maka bisa jadi peran kita sekarang akan dinikmati manfaatnya pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Karena begitu pentingnya ilmu pengetahuan maka dalam Islam pun menuntut ilmu sangat begitu diperhatikan. ”Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari). Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR. Muslim).  “Carilah ilmu itu walau di negeri Cina”.(HR. Abdul Bar)
Melihat begitu pentingnya peran seorang guru. Penulis pun berandai-andai di tengah  kesemerawutan masalah di negeri ini mulai dari korupsi yang merajalela, kenakalan remaja, dekadensi moral dan masalah lainnya akan musnah dari negeri ini, jika semua orang atau penduduk merasa jadi seorang guru. Dengan merasa jadi seorang guru, mereka akan berusaha menjadi panutan (digugu) dan tauladan (ditiru) bagi sesamanya. Dengan merasa jadi seorang guru, mereka akan berusaha belajar memperdalam ilmu pengetahuannya sebagai bekal pembelajaran bagi dirinya dan lingkungan di sekitarnya. Sehingga apa yang kita cita-citakan menjadi negeri yang barokah dan maju bisa terlaksana. Semoga mimpi ini bisa terlaksana. Amiin.



*Guru SMPN 2 Plered, Cirebon.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar