Jumat, 15 Juli 2011


NYONTEK
Oleh: Taryaman, S.Pd *
                Wawan terus mengerjakan soal ulangan Matematika. Perasaan Wawan bertambah takut,  was-was tidak karuan.  Samsul yang duduk di samping meja tempat duduknya terus melototi dirinya. Itu yang membuat perasaan Wawan jadi  bertambah takut. Masihterngiang di telinga Wawan ancaman yang diberikan Samsul kepadanya, “Awas, kalau ga ngasih jawaban ulangan Matematika, pulang sekolah nanti saya pukul”.  Ancaman tersebut begitu menakutkan bagi Wawan. Terjadi perang bathin dalam diri Wawan. Hati kecilnya tidak rela memberikan kunci jawaban Matematika  kepada Samsul, karena sama saja dia berbuat curang dan mendapat dosa. Belum lagi kalau aksinya ketahuan sama Ibu Nurul Guru Matematika yang  terkenal galak, ia bisa-bisa dimarahin habis-habisan oleh Ibu Nurul. Tapi di lain pihak ia begitu ketakutan dengan ancaman Samsul yang kayaknya tidak main-main mau memukul dia setelah pulang sekolah,  jika tidak memberikan kunci jawaban ulangan Matematika.
            Sementara itu Ibu Nurul terus mengawasi ulangan Matematika. Terpancar wajah-wajah serius dari murid-muridnya yang sedang mengerjakan soal ulangan Matematika. Samsul yang duduk paling belakang ternyata sudah tidak sabar lagi untuk ingin mendapatkan kunci jawaban dari  Wawan. Ia mengepalkan tangan dan diarahkan kepada Wawan sebagai tanda ancaman dari dirinya. Mendapat ancaman tersebut hati Wawan semakin ciut. Ia sudah tidak konsentrasi lagi mengerjakan soal ulangan Matematika yang ada di hadapannya. Akhirnya dengan perasaan terpaksa dan takut akan ancaman Samsul. Wawan menulis semua jawaban ulangan Matematika yang sama persis dengan jawaban dirinya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri takut aksinya ketahuan oleh teman-temannya. Setelah dilihat keadaannya aman tidak ada yang memperhatikan dia. Wawan segera melemparkan kunci jawaban ulangan Matematika yang sebelumnya ia tulis dalam selembar kertas. Dengan cekatan pula Samsul mengambil kunci jawaban yang tadi sudah dilemparkan oleh Wawan. Setelah aksinya sukses. Terpancar perasaan lega dan kecewa terlihat dari muka Wawan. Ia lega karena terlepas dari ancaman Samsul, tapi dia juga kecewa karena telah berbuat curang memberikan kunci jawaban ulangan Matematika kepada Samsul. Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Wawan dan murid-murid lainnya segera mengumpulkan hasil pekerjaannya, setelah itu mereka segera keluar kelas dan pulang ke rumah masing-masing.
            Seminggu kemudian pada pelajaran Matematika Ibu Nurul mengumumkan hasil ulangan Matematika pada minggu kemarin. “Anak-anak ternyata yang nilainya paling besar pada ulangan Matematika pada minggu kemarin adalah Wawan dan Samsul. Kita beri aplaus kepada Wawan dan Samsul”, kata Ibu Nurul memberikan pengumuman kepada murid-muridnya. Mendapat pengumuman tersebut tentunya membuat hati Wawan berbunga-bunga. “Alhamdulillah, nilai ulangan Matematika saya besar”, ucap Wawan mensyukuri nilai ulangan Matematika yang ia dapat. Tak kalah senangnya adalah Samsul, walaupun semua jawabannya dari Wawan. “Yess, nilai ulangan Matematika saya besar, ga bakalan diher lagi”, kata Samsul bangga. “Baiklah anak-anak ibu ingin mengoreksi jawaban-jawaban ulangan Matematika kalian minggu kemarin. Untuk itu ibu minta di antara kalian maju ke depan untuk mengerjakan soal-soal ulangan Matematika minggu kemarin. Coba samsul maju ke depan!”, kata Ibu Nurul menyuruh Samsul. Mendapat perintah tersebut Samsul langsung kaget dan mukanya langsung merah padam. Perintah Ibu Nurul seperti petir di siang hari bagi Samsul. Ingin rasanya ia pergi dari kelas itu, tapi itu tidak mungkin. Dengan sedikit ragu-ragu dan gemetar akhirnya Samsul beranjak juga dari tempat duduknya. Ia melirik ke arah Wawan, tapi itu tidak membantu permasalahannya. Perasaan Wawan pun tak kalah khawatirnya juga. Takut perbuatan kemarin memberikan jawaban kepada Samsul akan ketahuan oleh Ibu Nurul, tapi itu sudah terlanjur tidak bisa diperbaiki lagi.
            “Coba Samsul, kamu tulis dua soal ini, terus kerjakan!”, perintah Ibu Nurul lagi pada Samsul. Dengan perasaan gemetar yang tak terhingga, ia menulis dua soal tersebut. Ia tidak tahu lagi apa yang hendak ia perbuat dengan dua soal yang ada, karena sebenarnya ia tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Ia terus berdiri lama di depan kelas, tidak bisa mengerjakan dua soal yang diberikan Ibu Nurul. Ada rasa malu yang tidak terkira dirasakan oleh Samsul, karena ia ditonton oleh seluruh teman-temannya. Teman-temannya bertanya-tanya, kenapa Samsul tidak bisa mengerjakan soal ulangan Matematika minggu kemarin? Padahal ia mendapatkan nilai terbesar di kelasnya. “Samsul kamu bisa tidak mengerjakan dua soal itu”, kata Ibu Nurul lagi. “Sebenarnya saya tidak bisa mengerjakan soal ini, bu”, jawab Samsul tertunduk malu. “Aneh!  Ibu lihat hasil ulangan kamu minggu kemarin. Kamu bisa mengerjakan kedua soal ini. Kenapa sekarang tidak bisa!”, kata ibu Nurul sedikit membentak. Dengan suara gemetar dan muka tertunduk, karena ketakutan Samsul menjawab, “Saya mendapatkan jawaban itu dari Wawan”. Lalu Samsul menceritakan semua kejadian minggu kemarin. Samsul merasa malu tak terhingga, karena semua kebohongan dan kecurangannya diketahui oleh teman-temannya.
            “Samsul, ibu sangat tidak suka kelakuan kamu. Kalau kamu ingin pandai, kamu harus rajin belajar, banyak latihan di rumah! Bukannya nyontek dari teman. Percuma nilai kamu besar, tapi kamu bodoh!”, kata Ibu Nurul dengan penuh amarah. “Sebenarnya ibu sudah curiga sama kamu,Samsul. Jawaban kamu sama persis dengan jawan Wawan. Biasanya  nilai ulangan kamu kecil, sekarang mendadak nilai ulangan kamu besar. Makanya ibu ingin mencoba kemampuan kamu di depan kelas. Ternyata dugaan ibu benar. Kamu nyontek sama Wawan. Untuk itu, khusus untuk kamu ulangan Matematika diulang lagi minggu depan”, kata Ibu Nurul kepada Samsul. Samsul tetap menunduk tidak berani menatap muka Ibu Nurul. “Perhatian juga untuk kalian semua, murid-muridku. Kamu jangan tiru perbuatan Samsul. Itu perbuatan sangat jelek. Kamu harus rajin belajar, harus jujur dan tidak boleh curang. Nanti kamu jadi pandai. Ilmu yang kamu dapatkan jadi berkah, karena didapat dengan cara yang benar”, kata Ibu Nurul memberi penjelasan kepada semua murid-muridnya. “Khusus untuk Wawan, kalau kamu mendapatkan ancaman atau masalah lainnya. Kamu harus lapor ke ibu, tidak boleh takut”, kata Ibu Nurul pada Wawan. “Iya bu”, Jawab Wawan. “Samsul sekarang kamu duduk!”, kata Ibu Nurul memberi perintah pada Samsul. Samsul pun langsung menuruti perintah Ibu Nurul. Setelah itu Ibu Nurul pun langsung menerangkan materi yang sedang diajarkan.
            Ketika bel pulang berbunyi. Samsul mendekati Wawan. “Wan saya minta maaf ya! Saya kapok tidak bakalan mengulangi perbuatan ini lagi. Saya akan belajar sungguh-sungguh untuk membuktikan kepada teman-teman, bahwa saya mampu”, kata Samsul kepada Wawan. “Alhamdulillah, akhirnya Samsul sadar. Semoga segala keinginanmu bisa dilaksanakan”, kata Wawan dalam hati. Mereka berdua kemudian bersalaman dan sejak saat itu persahabatan mereka bertambah baik lagi.

*Staf pengajar (Guru) SMPN 2 Plered Cirebon