FILM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Oleh: Taryaman, S.Pd *
Di era tahun 80-an
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) mengadakan program
nonton film bareng bagi murid-murid dari
tingkatan SD sampai SMA. Mereka secara bergiliran (dijadwal) untuk menonton
film di bioskop bioskop yang sudah tunjuk. Biasanya yang diputar adalah
film-film perjuangan baik sebelum masa kemerdekaan maupun masa setelah
kemerdekaan. Salah satu yang pernah penulis nonton pada waktu itu adalah film Penghianatan G 30/S/PKI. Murid-murid begitu bersemangat dan antusias mengikuti
program nonton film bareng ini. Ini pengalaman baru bagi mereka sekaligus
merupakan hiburan dan melepas sejenak rutinitas belajar di dalam kelas.
Termasuk yang dialami oleh penulis. Ini pertama kali bagi penulis menonton film
dalam ruangan bioskop. Penulis masih teringat betul isi dan pesan moral yang
ingin di sampaikan dari film Penghianatan G 30/S/PKI tersebut. Karena begitu efektifnya
media film ini dalam pendidikan nilai, maka tak salah bila media film bisa
dijadikan media pembelajaran di kelas. Media film memiliki
keunggulan-keunggulan tersendiri dibandingkan media-media lainnya.
Film
sebagai media pembelajaran bisa dijadikan tontonan sekaligus tuntutan bagi
siswa. Film sebagai tontonan karena film bisa dijadikan hiburan bagi mereka,
sehingga proses pembelajarannya pun lebih menyenangkan. Mereka lebih antusias
dan termotivasi mengikuti proses kegiatan belajar di kelas, sehingga tujuan
pembelajaran yang kita harapkan dapat mudah tercapai. Salah satu pengalaman
yang dialami oleh penulis ketika menggunakan film sebagai media pembelajaran
adalah siswa lebih antusias dan memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Indikatornya adalah mereka lebih tenang dan senang
menonton film yang sudah dipersiapkan. Biasanya mereka lebih gaduh dan kurang
memperhatikan guru, kalau cuma sekedar menggunakan metode ceramah saja dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Mereka pun hampir selama dua jam pelajaran
tidak ada yang ijin ke belakang. Biasanya mereka dengan berbagai alasan
berusaha untuk bisa keluar dari kelas atau ijin ke belakang.
Film
juga sebagai tuntunan bagi siswa, karena film memberikan pengaruh nilai-nilai positif bagi siswa. Salah satu
kelebihan film adalah tampilannya berbentuk audio visual dan terdramatisir,
sehingga siswa secara emosional larut dalam film yang ditontonannya. Siswa seakan-akan diajak masuk ke dunia film
yang ada. Berbeda kalau media yang ditampilkan dalam bentuk tulisan atau teks
book terkadang emosional siswa kurang tereksplorasi. Siswa cuma paham unsur
kognitifnya saja sedangkan unsur afektif dan psikomotornya kurang tergali.
Media film dalam pembelajaran diharapkan potensi siswa dapat tergali bukan
hanya unsur kognitifnya saja, tetapi unsur afektif dan psikomotornya pun
tergali. Siswa diharapkan mengambil manfaat dari film yang ditontonnya, baik
dari alur ceritanya maupun suri tauladan dari penampilan tokoh-tokoh yang ditampilkan
dalam film tersebut.
Membuat Film sebagai Media Pembelajaran
Penulis
dalam proses pembelajaran kali ini menggunakan program power point. Sebelumnya
kita lihat dulu materi (Kompetensi Dasar) yang akan diajarkan. Dari materi
(Kompetensi Dasar) tersebut kita mengetahui kira-kira film yang cocok atau
mendukung proses pembelajaran nanti. Film yang digunakan penulis adalah dengan
cara mengunduh dari you tube dengan menggunakan program youtube downloader. Setelah
film-film telah terunduh, kemudian film tersebut dikonventer dalam format
window media video (WMV). Tujuan mengkonventer ini adalah supaya film yang
sudah ada bisa dimuat (dimasukan) ke dalam program power point yang sudah kita
persiapkan. Tak lupa juga kita memberikan keterangan terhadap film-film
tersebut, sehingga dari satu film ke filmnya bisa tersambung alur ceritanya.
Penulis
menyajikan power point ke dalam bagian yaitu pembukaan, isi pokok materi dan penutup.
1. Pembukaan
Pada tahap pembukaan ini penulis menampilkan lagu-lagu
rohani atau religius. Maksud dan tujuannya adalah ingin merefresh atau
menyegarkan stamina daya konsentrasi belajar siswa setelah menerima
pelajaran-pelajaran sebelumnya. Diharapkan setelah mendengarkan lagu rohani,
mereka siap menerima materi yang akan kita ajarkan. Tak lupa pula kita
memberikan nilai-nilai dari lagu rohani tersebut yang dikaitkan dengan materi
yang akan kita ajarkan, termasuk tujuan pembelajaran yang akan mereka terima.
Pada bagian pokok ini
penulis menampilkan film-film atau materi-materi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ada. kita harus memberikan pengarahan terhadap siswa pada
film-film yang sedang ditayangkan. Kita pun harus menghentikan slide film
tersebut, jika ada penekanan pemahaman terhadap isi materi yang ditayangkan,
kemudian melanjutkan penayangan film tersebut jika dirasa murid sudah siap dan
mengerti materi yang kita ajarkan. Kita diharapkan mampu merangkai alur cerita
dari film-film yang sedangkan ditayangkan.
2. Penutup
Pada bagian ini penulis memberikan evaluasi sekaligus
refleksi terhadap nilai-nilai yang ada dalam film tersebut untuk bisa
dijalankan dalam sehari-hari siswa. Sebagai penutup penulis menayangkan
film-film singkat mengenai motivasi diri, sehingga lebih memompa semangat siswa
untuk bisa berbuat lebih baik lagi.
Penggunaan film sebagai media pembelajaran bisa
merupakan perwujudan dari PAIKEM (Pembelajaran Aktif Interaktif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan) seperti yang sering kita dengung-dengungkan. Diharapkan
proses pembelajaran ini bukan lagi menjadi beban, tetapi menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Kita sebagai guru pun dituntut untuk tidak gaptek (gagap
teknologi), tetapi menjadi guru yang fastek (fasih teknologi). ICT (Informtion Comunication Technology) mampu
mempermudah tugas kita sebagai guru. Dengan ICT pula guru lebih kreatif,
efektif dan efesien dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas, sehingga
harapan kita dan harapan bangsa Indonesia tentang kemajuan pendidikan bisa
terwujud.
*Guru/Staf Pengajar
SMPN 2 Plered, Cirebon